Kehamilan yang Direncanakan Tekan Risiko Kematian Ibu Hamil

Jum'at, 15 Desember 2017 - 14:34 WIB
Kehamilan yang Direncanakan...
Kehamilan yang Direncanakan Tekan Risiko Kematian Ibu Hamil
A A A
JAKARTA - Kesehatan ibu hamil harus menjadi prioritas untuk menekan tingginya angka kematian ibu dan calon bayi di Indonesia. Dibutuhkan kepedulian semua pihak agar membantu calon ibu dalam mempersiapkan dan menjalani kehamilan hingga melahirkan dengan selamat dan sehat.

’’Bagi pasangan suami istri, khususnya calon ibu, kehamilan harus dipersiapkan dengan matang. Harus dipersiapkan bobot, bibit, bebetnya,’’kata Dr. Dr. Ali Sungkar, Sp.OG-KFM dalam Forum Diskusi Philips dengan tema Jaga Kehamilan untuk Generasi yang Lebih Sehat di Jakarta.

Menurut Ali, kesehatan ibu hamil harus menjadi perhatian utama. Terlebih, terkait kehamilan yang harus dipersiapkan, kata Ali, seorang calon ibu, sebelum hamil, harus melakukan pengecekan kesehatan. Begitu juga dengan asupan gizinya sebelum dan selama menjalani kehamilan hingga proses melahirkan. ’’Jika ibu hamil dengan hepatitis, anak yang lahir kemungkinan bisa terkena sirosis (kerusakan hati). Ibu hamil dengan anemia, ibu dapat mengalami pendarahan dan meninggal. Jadi, perbaiki dahulu gizinya, baru hamil,’’jelasnya.

Tingginya angka kematian ibu hamil juga mendapat perhatian serius dari Philips yang terus memberikan edukasi kepada calon ibu mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mempersiapkan kehamilan dengan benar.

Presiden Direktur Philips Indonesia Suryo Suwignjo mengajak masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan ibu hamil sehingga tingkat angka kematian ibu di Indonesia dapat diperbaiki. Dia menegaskan bahwa kesehatan ibu merupakan salah satu fokus perusahaan. Philips Indonesia memiliki komitmen dan telah membuktikannya dengan membawa berbagai solusi untuk membantu ibu mempersiapkan dan menjalani kehamilan hingga melahirkan dengan sehat dan selamat. ’’Masa depan bangsa tergantung pada kualitas bayi-bayi yg dilahirkan,’’cetus Suryo.

Dia menjelaskan bahwa saat ini Indonesia berada di dalam suatu situasi ketika masyarakat tidak sadar atau menutup mata mengenai kematian ibu yang melahirkan. Suryo melanjutkan, kebanyakan orang tidak peduli, kecuali yang meninggal adalah orang yang mereka kenal. ’’Banyak kehamilan tidak diharapkan, terutama dari remaja. Philips ingin berbuat sesuatu untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kehamilan yang direncanakan,’’ujarnya.

Penyebab tingginya angka kematian ibu hamil di Indonesia di antaranya pendarahan berat (hemoragik), keracunan kehamilan (preeklamsia), infeksi (sepsis). Sedangkan penyebab utama kematian bayi karena berat lahirnya rendah di bawah 2500 gram, asfiksia/sesak nafas, dan infeksi. ’’Sudah saatnya calon ibu harus merencanakan kehamilan,’’tukas dr. Eni Gustina, MPH, direktur Kesehatan Keluarga, dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Eni menjelaskan, pada tahun 90-an, kematian ibu yang melahirkan berusia di atas 35 tahun, dan sekarang banyak terjadi kematian ibu usia di bawah 20 tahun. Sekitar 40% dari kematian tersebut diakibatkan karena ibu belum siap fisik—rahimnya belum matang, belum siap utk hamil.

Dia memaparkan bahwa Pemerintah melalui program Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) melakukan berbagai usaha untuk menyadarkan semua pihak pentingnya menjaga kesehatan. ’’Kami memberikan penjelasan kepada remaja agar mereka memiliki bekal pengetahuan mengenai kehamilan. Tindakan preventif kepada calon pengantin, supaya merek tahu apa yang harus dipersiapkan sebelum kehamilan terjadi,’’bebernya.

Ada tiga hal yang menjadi inti dari program Germas yang didengungkan Kementerian Kesehatan. Yakni, melakukan aktivitas fisik rutin, mengonsumsi buah dan sayur, dan rutin memeriksa kesehatan.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1028 seconds (0.1#10.140)